Sabtu, 06 Mei 2017

Bersantai sambil Terapi di Pulau Satonda

Menikmati alam sembari terapi, tentu ini merupakan paket lengkap untuk berlibur bersama keluarga, nah bertempat di Pulau Satonda ini-lah  kedua hal tersebut bisa dilakukan sekaligus. Kenapa bisa? karna di pulau ini terdapat danau indah yang di huni oleh ikan kecil yang dijadikan oleh pengunjung untuk terapi badan.


Danau Satonda  terletak di pulau Satonda yang berada di kecamatan Pekat kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat. Dari kota Dompu perjalanan menuju pulau satu ini bisa di tempuh selama kurang lebih 3 jam, jalannya pun sudah bagus dengan aspal hotmix mulus.
Dari Dompu, kita akan melewati 3 kecamatan untuk sampai di pulau ini, kecamatan Manggalewa, kemudian kecamatan Kempo dan terakhir kecamatan Pekat. Maret 2015 lalu merupakan kali pertama saya menginjakkan kaki ke Satonda.

Sepanjang perjalanan di Manggalewa dan Kempo lenga bisa melihat ladang warga di perbukitan yang ditumbuhi jagung, maklum Dompu merupakan salah satu kabupaten di NTB yang dijadikan sebagai lokasi pilot project penanaman jagung.

Karna perjalanan dari Dompu yang cukup jauh, kami pun menyempatkan diri singgah di beberapa tempat untuk merenggangkan otot yang kaku akibat berkendaraan, salah satu titik singggah kami di Kempo tepatnya di lokasi wisata Oi Hodo. 

Pantai Oi Hodo
Lokasi wisata ini memang kerap disinggahi pengendara untuk melepas lelah. Uniknya, di sisi pantai ini terdapat mata air tawar, yang mengalir dari sela-sela bebatuan di sekitar pantai. Untuk menghilangkan gerah dan penat, tinggal basuh muka saja lenga, dijamin langsung segar seketika. Dari cerita warga setempat, mata air ini diduga merupakan aliran sungai pada dahulu kala, yang saat ini menjadi sungai bawah tanah, akibat tertimbun material letusan Tambora pada tahun 1815.

Selain itu pemandangan pantai di tempat ini, khususnya saat senja cukup indah kok, disekitar pantai ini juga kita dapat melihat puluhan kerbau yang sedang berendam di beberapa kubangan di sekitar pantai.

Keluar dari kecamtan Kempo, lenga akan memasuki kecamatan Pekat, awal masuk kecamatan ini kanan kiri jalan kita bisa melihat perladangan dan padang savana. Tiba di kawasan Doroncanga kami pun tak mau menyiakan kesempatan untuk berfoto dengan berlatarkan gunung Tambora, yuhuuuu.....



Padang savana Gunung Tambora
Exciated banget bisa tiba di padang savana, kebetulan baru turun hujan, jadi suasana rerumputan hijau begitu sangat terasa. Dihamparan savana ini, lenga akan banyak menemukan bebatuan kecil, sisa letusan Tambora.

Kawasan Doroncanga ini bisa dibilang surganya bagi pecinta motor trail. Sehingga tiap tahunnya, event motor adventure ini tak pernah terlupakan digelar dikawasan ini, khususnya bulan April saat pelaksaan Festival Pesona Tambora.

Sejam kemudian, kami tiba di desa Nangamiro, hari mulai gelap dan kami pun mendirikan tenda di dekat pantai.  Berkemah di pantai ini saya rasa pilihan yang cocok, dibanding lokasi lainnya di sekitar pelabuhan Kenaga. Di lokasi ini suasananya lebih sepi dan tenang. Hanya sesekali nelayan lewat  untuk melaut ataupun membawa hasil pancingannya.
Tak lupa, saat malam tentunya kami bakar bakar ikan yang di beli dari nelayan sekitar. Daerah Nangamiro dikenal dengan penghasil ikan terinya loh lenga.

Pagi hari di pantai Nangamiro

Jelang pagi, kami berderet di pantai untuk menunggu sunrise, posisi pantai yang menghadap ke arah timur, tentu menjadi angle yang tepat untuk menanti matahari terbit.
Dan seperti yang diduga, sunrise di pantai ini  sangat mempesona. Kami pun langsung berpose ria clik clik jepret untuk berfoto.
Usai sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Satonda.

Satonda dibelakangku
Palau seluas 2.5 kilometer persegi ini berada disebelah utara gunung Tambora, gunung tertinggi di pulau Sumbawa. Untuk mencapai pulau Satonda tidaklah sulit, di dermaga Kenanga atau disekitar pantai Nangamiro,  beberapa boat ataupun perahu nelayan dapat disewa dengan harga sekali penyeberangan 25 ribu rupiah.


Kalau menggunakan perahu, perjalan menuju Pulau Satonda bisa ditempuh dalam waktu 20 menit dan jika menggunakan speedboat tentu saja lebih cepat sekitar 10 menit saja. Dan bila beruntung, selama perjalanan menuju pulau Satonda kita akan ditemani oleh sejumlah lumba lumba yang berenang sekitaran perairan teluk Saleh.
Air diperairan sekitar Satonda terbilang cukup  bersih dan jernih, jadi tidak heran jika ikan seperti lumba lumba maupun ikan hias lainnya bisa berkembang biak didaerah ini.

Welcome Satonda
Setelah tiba di pantai, kita hanya berjalan sekitar lima menit dari pantai  untuk sampai di spot danau Satonda atau danau moti toi dari bahasa bima yang artinya laut kecil.

View danau Satonda
Air danau yang tenang, dipadukan dengan hijaunya pegunungan membuat suasana di sekitar danau Satonda begitu damai, ditambah dengan suara burung burung hutan  semakin menambah keasrian di pulau ini.

Berendam sambil terapi ikan
Danau ini mempunyai keunikan sendiri karena airnya asin seperti air laut. Air danau yang asin ini konon akibat tercampur dengan air laut yang meluap kemudian  terperangkap di danau, di danau ini pengunjung bisa melakukan aktivitas berenang sekaligus terapi kesehatan gratis.
Ya untuk  masyarakat disekitar Bima Dompu, tak perlu jauh jauh ke mall atau ke salon menghabiskan  biaya  banyak  untuk menikmati terapi kesehatan satu ini. Cukup dengan datang  ke  danau Satonda, sudah  ada ikan ikan kecil yang siap membantu pengunjung merilekskan badan dan fikiran.. 

Pengunjung sedang menikmati terapi ikan kecil
Caranya, pengunjung  tinggal berendam  atau  duduk disekitar bebatuan danau atau  merendam bagian tubuh yang akan diterapi,  diam kan tubuh beberapa menit dan beberapa saat kemudian, ikan ikan kecil yang hidup di danau asin ini akan mengerubungi bagian tubuh lenga.
Di gigit ikan ikan kecil Satonda rasanya sedikit geli, namun hal tersebut dipercaya bisa menyembuhkan beberapa penyakit yang ada didalam tubuh kita.


Pohon harapan Satonda
Selain menikmati air danaunya, di pulau Satonda ini juga terdapat pohon batu yang dipercaya bila mengantung bebatuan di pohon ini, maka harapan yang diinginkan akan cepat dikabulkan oleh Tuhan. Aamiin...
Semakin tinggi tempat mengantung batu dipercaya harapan yang dicita citakan pun makin cepat tercapai.


Untuk penginapan, di pulau satonda ini sudah dibangun sejumlah cotagge dengan harga mulai dari 1 juta permalam. 


Disisi pantainya pun dibangun sejumlah sarana bagi pengunjung, mulai dari  kafe, gazebo, toilet dan kamar bilas. Sementara alat snorkling dapat lenga sewa dengan biaya 50 ribu peritem.

selain menikmati indahnya pantai, alam bawah laut serta hijaunya pegunungan pulau Satonda, pengunjung yang datang ke pulau ini juga bisa menikmati terapi alam di danau kecil yang ada ditengah pulau Satonda.




Cukup dengan membayar 5000 rupiah perorang sebagai biaya retrebusi masuk pulau.

Happy Trip Lenga.



*Lenga bahasa Bima berarti Teman

Senin, 03 April 2017

Melihat Pantai Tebing Wadu Jao Hingga Sunset di Bukit Matompo Dompu



Semenjak 200 tahun perayaan meletusnya  gunung Tambora, potensi wisata yang ada di Kabupaten Dompu makin gencar di ekplore ke media, hal ini tentunya guna mendukung terselenggaranya Festival Pesona Tambora yang dihelat setiap tanggal 11 April.
Terlebih dengan media sosial yang kian hari menuntut para penggunanya untuk memposting beragam hal yang ada  di daerah mereka, membuat para peselancar dumay tak henti-hentinya mencari lokasi menarik untuk dijadikan bahan postingan.
 

Kali ini saya akan membagi perjalanan saya ke salah satu wisata pantai yang ada di kabupaten Dompu,  menurut saya pantai satu ini cukup menarik untuk menghabiskan waktu bersama orang terkasih. Pantai ini bernama pantai Wadu Jao, wadu dalam bahasa Mbojo suku masyarakat Dompu dan Bima berarti batu dan jao berarti hijau. Jadi disini para pengunjung bisa menemukan sebuah pantai dengan sebagian sisi pantainya ditutupi bebatuan serta tebing berwarna hijau.

Tufa pasiran Wadu Jao
Secara geologi bebatuan ini adalah Tufa pasiranan, terbentuk dari endapan kristal olivine dan kwarsa hasil aktivitas vulkanik. Batuan ini telah mengalami alterasi, warna hijau dari batuan ini diakibatkan oleh agregasi kristal olivine dan mineral clorite hasil alterasi.

Lintasan menuju pantai wadu jao
Pantai Wadu Jao berada di desa Jambu kecamatan Pajo kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat, sekitar 21 kilometer sebelah selatan kota Dompu. Menuju pantai ini, kita akan melewati kebun jagung serta sawah  bawang merah petani yang berada di sekitar pantai.
Setelah memasuki desa Jambu, lenga musti teliti melihat, karena jalan masuk ke pantai ini berupa jalan kecil yang tak beraspal, begitu pula dengan papan namanya hanya triplek kecil berukuran 20 x 30 centimeter.


View pulau diseberang pantai
Begitu tiba di pantai, kita akan melihat hamparan pantai berpasir coklat dengan sebuah pulau kecil yang ada di tengah laut. pantai ini merupakan barisan pantai yang berada di teluk Hu'u yang terkenal dengan ombaknya yang tinggi. Jarak pulau kecil dengan pantai sekitar 200 meter, jika beruntung pengunjung bisa menyewa perahu nelayan untuk berkeliling mengitari pulau.

Pengunjung sedang bermain di tepi pantai
Pada bulan April seperti ini daerah dipesisir selatan pulau Sumbawa ombaknya cukup besar, jadi kalo lenga ingin mandi atau bermain air di sekitar pantai sebaiknya lebih berhati hati agar tidak terseret ombak.


Gazebo tempat pengunjung beristirahat

Di pantai Wadu Jao terdapat beberapa gazebo untuk para pengunjung duduk, tenang saja gazebo gazebo ini gratis, para  pengunjung yang datang ke pantai ini selain untuk menikmati suasana pantai, biasanya juga membawa ayam maupun ikan untuk dibakar di sekitar pantai.
 
View tebing Wadu Jao

Kemudian kita beralih ke sisi sebelah kanan pantai yang menjadi ikon pantai Wadu Jao, ya pantai ini memiliki tebing batu berwarna hijau setinggi 6 meter, batu ini kemudian melebar ke bawah menuju sisi pantai, jadi saat air laut surut pengunjung bisa menikmati hamparan batu hijau  yang berada di permukaan pantai. Tentu pemandangan ini terbilang langka lenga.
 

Bagi yang suka berfoto, sisi ini menurut saya  merupakan angle paling tepat untuk mengambil gambar, apalagi saat siang hari, latar belakang bebatuan hijau dengan air laut biru serta gugusan bukit Pajo di seberang laut akan menambah keberagaman warna foto foto lenga.

View pantai Wadu Jao
Tiap akhir pekan, pantai Wadu Jao ini tak pernah sepi, bahkan beberapa pengunjung kerap menginap dan membangun tenda di pantai, oh iya kalo kesini lenga jangan lupa bawa pancing, ikan ikan karang sangat cepat didapat di sekitar bebatuan Wadu Jao.

Lintasan menuju bukit Matompo

Usai menikmati pantai Wadu Jao, kami pun menuju bukit Matompo  yang berada di kecamatan Kilo, perjalanan dari selatan ke arah utara barat laut Dompu ini kami tempuh sekitar 2 jam lebih. Jarak bukit Matompo dari kota Dompu sendiri sekitar 45 kilometer.
 

Melalui jalan kecil beraspal di wilayah Wawonduru kita akan melihat tambak udang warga serta lahan pertanian warga yang sedang di panen. Memasuki kecamatan Manggalewa, kita akan disuguhi lautan jagung warga yang membentang dari ujung ke ujung, Dompu memang terkenal sebagai lumbung jagung khususnya provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagain besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari bercocok tanam jagung.

Bukit Matompo
Menuju lokasi bukit Matompo tidaklah terlalu sulit, mengingat letak bukit yang berada di pinggir jalan raya, yang cukup ramai di lalu kendaraan. Bukit matompo sendiri baru baru ini mulai viral di instagram menjadi tujuan kaula muda sebagai lokasi tongkrongan. 
Bukit matompo adalah suatu morfologi bukit sisa dari proses denudasional, atau bisa disebut Butte. Menuju puncak bukit, pengunjung harus sedikit menguras tenaga karena jalannya menanjak dan melewati tangga bambu  serta pepohonan. Saat kami disana kondisi tanahnya cukup licin, bahkan pagar bambu  yang dijadikan pegangan pun kondisinya sudah mulai roboh, jadi bagi yang mau naik ataupun turun harap berhati hati agar tidak terperosok.

Jalan naik menuju bukit Matompo
Bukit matompo berada di desa Mbuju kecamatan Kilo kabupaten Dompu. warga sekitar biasa menyebutnya Doro Matompo. 

View G. Tambora dari bukit Matompo
Salah satu yang menjadi daya tarik bukit ini yakni, viewnya yang menghadap gunung Tambora, bila beruntung para pengunjung bisa menikmati sunset tepat di atas kawah Tambora. Tentunya ini salah satu pemandangan yang cukup menarik bukan? dan sayang untuk di lewatkan. Di bawah bukit ini sendiri terdapat lautan yang airnya cukup tenang serta sesekali kita bisa  melihat perahu nelayan menyeberang. Diatas perbukitan ini tidak ada ditumbuhi pepohonan, jadi kalo lenga datang siang hari dan berharap bisa berteduh, waduh lemboade saja deuh, dan urungi niat saja, karna hampir seluruh permukaan bukit di tumbuhi rerumputan.
 

Ujung bukit Matompo

Suasana hijau, dengan pemandangan hamparan laut yang di sisi kanan kirinya di kelilingi bukit jagung, memang menjadi daya tarik sebagai latar berfoto. Tak hanya itu, view jalan raya yang berada di bawah bukit matompo juga bisa menjadi salah satu angel menarik dalam frame kamera lenga.


Di Wadu Jao maupun di bukit Matompo, jangan lupa ya untuk selalu menjaga kebersihan alam dengan tidak membuang sampah sembarang.
 

Happy Trip Lenga,

Senin, 06 Februari 2017

Dari Hulu ke Hilir, Mitigasi Banjir Bandang dengan Cara Meningkatkan Ekonomi Masyarakat dan Menjamin Ketersediaan Air Bersih


Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.

Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)
Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.

Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
  1. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan melintangnya berbentuk huruf “V”. Di dalam alur sungai banyak batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.
  2.  Daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur sungai melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai.
  3.  Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”. Di kiri dan kanan alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya.




       
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa :
  1. Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai.  Dengan banjir, sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai “delta sungai.”
  2.  Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
Banjir bandang, penyebab dan cara penanggulangannya
Banjir bandang merupakan salah satu bencana yang sering “memakan” banyak korban. Waktu kejadiannya bisa dipastikan setelah hujan lebat atau di musim penghujan. Dalam istilah inggris, ada yang menamakan banjir bandang sebagai flash flood karena datangnya sangat cepat (flash) dan ada juga yang menamakannya debris flow (aliran bahan rombakan). Penulis sendiri lebih memilih istilah debris flow untuk banjir bandang karena ketika banjir bandang terjadi, ianya membawa bahan rombakan (air, tanah, batu, dan kayu). Bahan rombakan ini bisa menambah momentum air (massa x kecepatan) sehingga apa saja yang ada di depannya pasti disapu bersih.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir bandang di kota dan kabupaten bima bebarapa waktu lalu. Antara lain:

1. Iklim

Dilihat dari beberapa tahun kebelakang, Iklim ekstrim dengan curah hujan tinggi di kota dan kabupaten bima terjadi secara periodic antara 3-5 tahun. Masih segar dalam ingatan bencana banjir beberapa tahun lalu dimana mendiang bapak Bupati Bima meninggal pasca melakukan kunjungan ke daerah banjir.(Mari kita berharap bencana banjir Bima bukanlah bencana tahunan).

Curah hujan yang terjadi di atas rata-rata dalam waktu yang relatif lama, sehingga volume air yang besar tak seimbang dengan daya tampung.
Curah hujan yang tinggi terjadi hampir diseruh wilayah Bima beberapa waktu yang lalu, dengan intensitas yang cukup lama tentu menyebabkan volume air sangat banyak dan tidak mampu ditampung oleh sungai utama

2. Topografi dan litologi daerah Kota dan Kabupaten Bima.

Daerah kota bima adalah daerah pedataran rendah yang merupakan muara dari beberapa sungai yang berhulu di daerah Wawo, Dodu, Lela Mase, Nungga, dan Jatiwangi. Sehingga apabila debit air dari kelima sungai tersebut cukup besar maka besar kemungkinan Kota bima akan tergenang banjir.

Faktor pendukung lain adalah topografi perbukitan pada daerah hulu sungai dengan kemiringan lereng yang tinggi serta litologi penyusun yang berupa batuan vulkanik yang rentan terhadap pelapukan sehingga menyebabbkan tingkat erosi yang tinggi pada saat hujan, hal ini menyebabkan air aliran permukaan akan membawa material2 hasil erosi dan kebanyakan akan diendapkan pada bagian tengah sungai membetuk bendungan bendungan alami. Selain itu material hasil erosi yang terlarut dalan aliran permukaan dapat menyebabkan meningkatnya volume air yang akan masuk ke sungai utama.
Topografi yang terjal juga menyebabkan laju aliran air permukaan cukup deras dan proses resapan air kedalam tanah menjadi berkurang. Kurangnya air yang mersap meyebabkan volume aliran air permukaan menjadi jauh lebih besar.
                
            
3. Tutupan hutan yang terdapat tak seimbang dengan DAS serta kegiatan penambangan Illegal pada daerah Hulu

Hutan pada daerah hulu memiliki peran penting dalam menbantu air merasap kadalam tanah, mengurangi erosi permukaan, serta menahan laju aliran air permukaan seperti yang disebutkan diatas.
Kurangnya tutupan hutan dapat menyebabkan air hujan dapat langsung mengerosi permukaan tanah dan batuan yang lapuk, material material berukuran pasir hingga kerikir dan bouder terus terbawa arus air hingga ke sungai sungai utama dan menyebabbkan volume air bertambah. Selain itu hutan berfungsi untuk mengurangi penguapan air yang meresap kedalam tanah sehingga ketersediaan air tanah tercukupi.

Kegiatan penambangan Ilegal yang dilakukan pada daerah Hulu tentu dijalankan tanpa mengikuti kaedah penambangan yang semestinya, sehingga tingkat kerusakan yang ditimbuklan akan jauh lebih besar. Hubungan kegiatan penambangan tersebut dengan bencana banjir yang terjadi beberapa waktu lalu adalah: kegiatan penambangan tersebut merupakan penyumbang terbesar material tanah, pasir, kerikil dan boulder yang menyebabkan pendangkalan sungai. Material material tersebut akan terbawa arus air secara terus menerus, apabila arus air tidak cukup dera maka akan terendapkan membetuk bendungan2 alami penahan air pada bagian tengah sungai.

4. Daerah Aliran Sungai (DAS) Utama dalam kondisi kritis telah mengalami pendangkalan dan sedimentasi. Serta kondisi bantaran sungai yang tidak stabil.

Pendangkalan dan sedimentasi kebanyakan terjadi pada daerah Hilir dan Tengah sungai. Dalam Hal ini di daerah bima pendangkalan dan sedimentasi terjadi di sepanjang aliran sungai di kota bima sampai daerah Lampe.
Seperti yang disebutkan diatas, sedimantasi yang terjadi secara terus menerus menyebabkan terbentukanya bendungan2 atau genangan genangan air alami disepanjang sungai. Genangan genangan dan material sediment tersebut akan menjadi masalah besar apabila curah hujan cukup tinggi sehingga volume aliran air mampu untuk menyapu semua material yang teredndapkan tadi.

Kondisi bantaran sungai yang tidak stabil erat kaitannya dengan pemanfaatan daerah bantaran sungai (sempadan/tanggul sungai) yang berlebihan. Secara ideal sungai seharusnya memiliki yang disebut dengan sempadan (tanggul) sungai sehingga alirai air tidak serta merta menggenangi daerah perkampungan apabila volume air besar. Erosi bantran sungai diperparah oleh kegiatan pemanfaatan pasri dan kerikil (Sirtu) disepanjang sungai Lampe dan Dodu.

5. Selanjutnya faktor tata ruang Kota dan Sampah disepanjang Sungai

Apakah pemanfaatan tata ruang itu sudah sesuai dengan peruntukan?
Sudah menjadi resiko bahwa perkembangan dan kemajuan kota akan memakan korban kerusakan lingkungan, pembangunan-pembangunan yang dilakukan tidak akan memperhatikan fungsi dan tata guna lahan tersebut.
Daerah Hilir (Kota Bima) memiliki topografi yang relative datar sehingga seharusnya resapan air dapat bekerja dengan maksimal sehingga dampak banjir dapat berkurang. Akan tetapi pembangunan di sekitar daerah aliran sungai menyebabkan daerah resapan tersebut berkurang sehingga air dapat meluap kepemukiman penduduk.

Secara Alami, bagian sungai di daerah hilir telah di design untuk memiliki area2 resapan yang dapat mengurangi dampak banjir. Selain sempadan sungai, di daerah hilir terdapat bagian sungai yang berupa meander dan delta sebagai daerah resapan. Sehingga pembangunan banguna fisik bada daerah2 tersebut dapat menyebabkan resapan air berkurang. Ketika volume air melibihi kapasitas sungai maka air akan memotong lurus daerah meander dan tidak mengikuti aliran sungai hal ini menyebabkan genangan pada pemukiman di daerah meander sungai.

Selain itu lahan lahan mangrove dan rawa di daerah pesisir kota bima sangat evektif untuk mengurangi dampak banjir, sehingga pemanfaatan lahan2 tersebut untuk bangunan fisik dan penimbunan menyebabkan kurangnya daerah resapan, dapat meningkatkan resiko banjir. Selain dapat mengurangi dampak banjir, ketersediaan lahan mangrove dan rawa di pesisir dapat mengurangi intrusi air laut sehingga menjaga kwalitas air tanah di daerah perkotaan.

Masalah lain adalah permasalahn sampah dan penyempitan aliran sungai menjadi salah satu faktor pendukung banjir di Kota Bima.





          
Dilihat dari faktor penyabab diatas dan di komparasikan dengan pembagian segmen-segmen sungai maka penulis dapat menyarankan beberapa langkah yang dapat diambil oleh pemerintah Kota dan Kabupaten Bima untuk “mengurangi dampak bahaya banjir lima tahun kedepan”.

1. Daerah Hulu

Daerah Hulu DAS meliputi Kec Wawo, Lela Mase, Dodu, Nungga dan Jatiwangi
Penanggulangan banjir di daerah hulu maka kita akan dengan mudah mengatakan Reboisasi dan hentikan penggundulan hutan. Melihat daerah hulu sekarang maka kita akan melihat ladang jagung yang menghapar luas sebagai mata pencaharian warga. Akan tetapi persoalan reboisasi daerah hulu bukanlah segampang membalikkan tepak tangan atau segampang kita melarang peladangan yang dilakukan oleh warga. Disini tantangan untuk pemerintah bagaimana melihat, mangembangkan dan memanfaatkan potensi daerah hulu sehingga masyarakat tidak lagi melakukan penggundulan hutan.

Peladangan jagung dan padi adalah cara paling gampang warga pikirkan untuk mendapatkan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan mereka, Mengingat sawah di daerah hulu sangat tidak memungkinkan untuk di kelola tiga kali setahun akibat kurangnya pengairan maka jalan pintas dari warga dalah merambah hutan untuk peladangan.

Lalu bagaimana langkah yang dapat pemerintah lakukan untuk mengkampanyekan Reboisasi?

Yang pertama, adalah bagaimana pemerintah dapat mengkampayekan reboisasi dengan tumbuhan produktif dan menghasikan income yang baik. Bagaiman sedikit demi sedikit pemerintah harus mulai menggalakan penanaman tumbuhan produksi jangka panjang sesuai potensi daerah. Daerah Hulu terutama Wawo, Lela Mase, Dan Pebukitan Sekitar Ncai Kapenta adalah daerah yang tumbuhan kemiri dapat tumbuh dengan baik, beberapa tumbuhan produksi jangka panjang juga patut dicoba. 

Sayang sekali potensi yang begitu besar tidak dilihat dengan baik oleh pemerintah. Artinya pemerintah seharusnya bisa mendukung produksi tanaman tersebut dan menjamin pemasaran dari hasil tanaman tersebut sehingga masyarakat punya animo untuk mengembangkan tanaman-tanaman produksi jangka panjang.

Bagaimana pemerintah dalam hal ini dinas2 terkait harus intens melakukan penyuluhan pertanian, suplai bibit2 tanaman produksi jangka panjang yang bernilai ekonomis tinggi, dan mengawal pemasaran hasilnya sehingga kesejahteraan warga dapat tercapai.
.
Yang Kedua, Pemerintah harus mengeluarkan perda yang mengatur tentang batasan penggunaan lahan untuk tanaman produksi jangka pendek sehingga perambahan hutan bisa ditekan lebih minimal.

Yang ketiga, Pemerintah harus tegas menutup aktifitas penambangan liar di daerah Sori Pesa dan sekitarnya.

Yang Keempat, Pemerintah harus membangun bendungan bendungan pada daerah Hulu. Bendungan tersebut dapat berfungsi sebagai sarana irigasi, maka sawah2 di daerah hulu yang selama ini mengandalkan tadah hujan dapat diefektifkan dengan cara intensifikasi. Selain Itu bendungan di derah hulu dapat berfungsi sebagai daerah resapan air pada musim hujaan, dan daerah terendapkannya material sedimen hasil erosi sehingga material sedimen tersebut tidak tertransportasi sampai ke daerah hilir dan menyebabkan pendangkalan serta penyempitan sungai.

Bayangkan ketika 3 sampai 5 tahun kedepan hutan yang semula gundul dan diisi oleh tanaman jangka pendek yang tidak mampu untuk menjalankan fungsi hutan dengan baik sudah terganti oleh tanaman produksi jangka panjang yang selain bernilai ekonomis tinggi juga dapat menjalankan fungsi hutan dengan baik. Semoga dengan cara seperti ini hutan kita kembali hijau dengan tanaman produksi yang bernilai ekonomis dan ketersediaan cadangan air di daerah Bima kita tercinta dapat trcukupi dengan baik.
2. Daerah Tengah
Daerah Tengah DAS meliputi daerah Lampe, Dodu, Kodo dlll
Penangulangan banjir pada daerah tengah DAS adalah dengan cara normalisasi fungsi dan bagian bagian sungai. Pemanfaatan lahan sempadan sungai harus mulai dikurangi. Pengerukan pasir sungai yang berlebihan harus mulai dikurangi, Pengerukan pasir dan batu sungai yang berlebihan dapat mengakibatkan kestabilan dinding sungai terganggu sehingga longsor dinding sungai dapat terjadi dan mengakibatkan pendangkalan aliran sungai. Mungkin Ijin dan Amdal PT Tukad Mas perlu ditinjau kembali. Pada daerah daerah ini juga perlu dibangun bendungan-bendungan untuk mengatur volume air yang masuk ke daerah hilir dan mengontrol sedimentasi pendangkalan sungai.
3. Daerah Hilir
Daerah Hilir adalah daerah dengan topografi yang datar, memiliki cekungan cekunga berupa rawa yang menjadi daerah resapan air sehinga pantas kita sangat berharap bahwa infiltrasi air dapat merlangsung dengan maksimal pada daerah Hilir. Sayangnya daerah Hilir adalah daerah yang identic dengan perkembangan peradaban yang cepat, baik secara fisik maupun nonfisik sehingga pembangunan2 yang tidak melihat fungsi dan analisa DAS sangat massif.

Sedimentasi di bagian hilir
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah  normalisasi aliran sungai dari smapah, memperlebar aliran sungai, menyisakan lahan2 terbuka sebagai daerah resapan di sekitar bantaran sungai, mengembalikan fungsi sempadan sungai, mengembalikan fungsi daerah meander sungai sebagai daerah resapan, mengembalikan fungsi daerah delta sungai sebagai daerah resapan, mengembalikan fungsi daerah pesisir (mangrove dan rawa sebagai daerah resapan dan benteng intrusi air laut. Dan tindakan kecil yang bisa dilakukan untuk masingmasing individu adlaha menyiapkan lahan terbuka pada rumah masing2 sebagai daerah resapan air. Hal hal ini selain dapat mengurangi resiko banjir juga menjamin ketersediaan cadangan air tanah serta mengurangi intrusi air laut sehingga kuwalitas air tanah menjadi sangat baik.

Ahirnya semoga Kota Bima kita terbebas dari banjir dan ketersediaan cadangan Air tanah di kota Bima dapat terus terjaga.