Senin, 03 April 2017

Melihat Pantai Tebing Wadu Jao Hingga Sunset di Bukit Matompo Dompu



Semenjak 200 tahun perayaan meletusnya  gunung Tambora, potensi wisata yang ada di Kabupaten Dompu makin gencar di ekplore ke media, hal ini tentunya guna mendukung terselenggaranya Festival Pesona Tambora yang dihelat setiap tanggal 11 April.
Terlebih dengan media sosial yang kian hari menuntut para penggunanya untuk memposting beragam hal yang ada  di daerah mereka, membuat para peselancar dumay tak henti-hentinya mencari lokasi menarik untuk dijadikan bahan postingan.
 

Kali ini saya akan membagi perjalanan saya ke salah satu wisata pantai yang ada di kabupaten Dompu,  menurut saya pantai satu ini cukup menarik untuk menghabiskan waktu bersama orang terkasih. Pantai ini bernama pantai Wadu Jao, wadu dalam bahasa Mbojo suku masyarakat Dompu dan Bima berarti batu dan jao berarti hijau. Jadi disini para pengunjung bisa menemukan sebuah pantai dengan sebagian sisi pantainya ditutupi bebatuan serta tebing berwarna hijau.

Tufa pasiran Wadu Jao
Secara geologi bebatuan ini adalah Tufa pasiranan, terbentuk dari endapan kristal olivine dan kwarsa hasil aktivitas vulkanik. Batuan ini telah mengalami alterasi, warna hijau dari batuan ini diakibatkan oleh agregasi kristal olivine dan mineral clorite hasil alterasi.

Lintasan menuju pantai wadu jao
Pantai Wadu Jao berada di desa Jambu kecamatan Pajo kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat, sekitar 21 kilometer sebelah selatan kota Dompu. Menuju pantai ini, kita akan melewati kebun jagung serta sawah  bawang merah petani yang berada di sekitar pantai.
Setelah memasuki desa Jambu, lenga musti teliti melihat, karena jalan masuk ke pantai ini berupa jalan kecil yang tak beraspal, begitu pula dengan papan namanya hanya triplek kecil berukuran 20 x 30 centimeter.


View pulau diseberang pantai
Begitu tiba di pantai, kita akan melihat hamparan pantai berpasir coklat dengan sebuah pulau kecil yang ada di tengah laut. pantai ini merupakan barisan pantai yang berada di teluk Hu'u yang terkenal dengan ombaknya yang tinggi. Jarak pulau kecil dengan pantai sekitar 200 meter, jika beruntung pengunjung bisa menyewa perahu nelayan untuk berkeliling mengitari pulau.

Pengunjung sedang bermain di tepi pantai
Pada bulan April seperti ini daerah dipesisir selatan pulau Sumbawa ombaknya cukup besar, jadi kalo lenga ingin mandi atau bermain air di sekitar pantai sebaiknya lebih berhati hati agar tidak terseret ombak.


Gazebo tempat pengunjung beristirahat

Di pantai Wadu Jao terdapat beberapa gazebo untuk para pengunjung duduk, tenang saja gazebo gazebo ini gratis, para  pengunjung yang datang ke pantai ini selain untuk menikmati suasana pantai, biasanya juga membawa ayam maupun ikan untuk dibakar di sekitar pantai.
 
View tebing Wadu Jao

Kemudian kita beralih ke sisi sebelah kanan pantai yang menjadi ikon pantai Wadu Jao, ya pantai ini memiliki tebing batu berwarna hijau setinggi 6 meter, batu ini kemudian melebar ke bawah menuju sisi pantai, jadi saat air laut surut pengunjung bisa menikmati hamparan batu hijau  yang berada di permukaan pantai. Tentu pemandangan ini terbilang langka lenga.
 

Bagi yang suka berfoto, sisi ini menurut saya  merupakan angle paling tepat untuk mengambil gambar, apalagi saat siang hari, latar belakang bebatuan hijau dengan air laut biru serta gugusan bukit Pajo di seberang laut akan menambah keberagaman warna foto foto lenga.

View pantai Wadu Jao
Tiap akhir pekan, pantai Wadu Jao ini tak pernah sepi, bahkan beberapa pengunjung kerap menginap dan membangun tenda di pantai, oh iya kalo kesini lenga jangan lupa bawa pancing, ikan ikan karang sangat cepat didapat di sekitar bebatuan Wadu Jao.

Lintasan menuju bukit Matompo

Usai menikmati pantai Wadu Jao, kami pun menuju bukit Matompo  yang berada di kecamatan Kilo, perjalanan dari selatan ke arah utara barat laut Dompu ini kami tempuh sekitar 2 jam lebih. Jarak bukit Matompo dari kota Dompu sendiri sekitar 45 kilometer.
 

Melalui jalan kecil beraspal di wilayah Wawonduru kita akan melihat tambak udang warga serta lahan pertanian warga yang sedang di panen. Memasuki kecamatan Manggalewa, kita akan disuguhi lautan jagung warga yang membentang dari ujung ke ujung, Dompu memang terkenal sebagai lumbung jagung khususnya provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagain besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari bercocok tanam jagung.

Bukit Matompo
Menuju lokasi bukit Matompo tidaklah terlalu sulit, mengingat letak bukit yang berada di pinggir jalan raya, yang cukup ramai di lalu kendaraan. Bukit matompo sendiri baru baru ini mulai viral di instagram menjadi tujuan kaula muda sebagai lokasi tongkrongan. 
Bukit matompo adalah suatu morfologi bukit sisa dari proses denudasional, atau bisa disebut Butte. Menuju puncak bukit, pengunjung harus sedikit menguras tenaga karena jalannya menanjak dan melewati tangga bambu  serta pepohonan. Saat kami disana kondisi tanahnya cukup licin, bahkan pagar bambu  yang dijadikan pegangan pun kondisinya sudah mulai roboh, jadi bagi yang mau naik ataupun turun harap berhati hati agar tidak terperosok.

Jalan naik menuju bukit Matompo
Bukit matompo berada di desa Mbuju kecamatan Kilo kabupaten Dompu. warga sekitar biasa menyebutnya Doro Matompo. 

View G. Tambora dari bukit Matompo
Salah satu yang menjadi daya tarik bukit ini yakni, viewnya yang menghadap gunung Tambora, bila beruntung para pengunjung bisa menikmati sunset tepat di atas kawah Tambora. Tentunya ini salah satu pemandangan yang cukup menarik bukan? dan sayang untuk di lewatkan. Di bawah bukit ini sendiri terdapat lautan yang airnya cukup tenang serta sesekali kita bisa  melihat perahu nelayan menyeberang. Diatas perbukitan ini tidak ada ditumbuhi pepohonan, jadi kalo lenga datang siang hari dan berharap bisa berteduh, waduh lemboade saja deuh, dan urungi niat saja, karna hampir seluruh permukaan bukit di tumbuhi rerumputan.
 

Ujung bukit Matompo

Suasana hijau, dengan pemandangan hamparan laut yang di sisi kanan kirinya di kelilingi bukit jagung, memang menjadi daya tarik sebagai latar berfoto. Tak hanya itu, view jalan raya yang berada di bawah bukit matompo juga bisa menjadi salah satu angel menarik dalam frame kamera lenga.


Di Wadu Jao maupun di bukit Matompo, jangan lupa ya untuk selalu menjaga kebersihan alam dengan tidak membuang sampah sembarang.
 

Happy Trip Lenga,

Senin, 06 Februari 2017

Dari Hulu ke Hilir, Mitigasi Banjir Bandang dengan Cara Meningkatkan Ekonomi Masyarakat dan Menjamin Ketersediaan Air Bersih


Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.

Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)
Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.

Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
  1. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan melintangnya berbentuk huruf “V”. Di dalam alur sungai banyak batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.
  2.  Daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur sungai melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai.
  3.  Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”. Di kiri dan kanan alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya.




       
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa :
  1. Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai.  Dengan banjir, sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai “delta sungai.”
  2.  Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
Banjir bandang, penyebab dan cara penanggulangannya
Banjir bandang merupakan salah satu bencana yang sering “memakan” banyak korban. Waktu kejadiannya bisa dipastikan setelah hujan lebat atau di musim penghujan. Dalam istilah inggris, ada yang menamakan banjir bandang sebagai flash flood karena datangnya sangat cepat (flash) dan ada juga yang menamakannya debris flow (aliran bahan rombakan). Penulis sendiri lebih memilih istilah debris flow untuk banjir bandang karena ketika banjir bandang terjadi, ianya membawa bahan rombakan (air, tanah, batu, dan kayu). Bahan rombakan ini bisa menambah momentum air (massa x kecepatan) sehingga apa saja yang ada di depannya pasti disapu bersih.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir bandang di kota dan kabupaten bima bebarapa waktu lalu. Antara lain:

1. Iklim

Dilihat dari beberapa tahun kebelakang, Iklim ekstrim dengan curah hujan tinggi di kota dan kabupaten bima terjadi secara periodic antara 3-5 tahun. Masih segar dalam ingatan bencana banjir beberapa tahun lalu dimana mendiang bapak Bupati Bima meninggal pasca melakukan kunjungan ke daerah banjir.(Mari kita berharap bencana banjir Bima bukanlah bencana tahunan).

Curah hujan yang terjadi di atas rata-rata dalam waktu yang relatif lama, sehingga volume air yang besar tak seimbang dengan daya tampung.
Curah hujan yang tinggi terjadi hampir diseruh wilayah Bima beberapa waktu yang lalu, dengan intensitas yang cukup lama tentu menyebabkan volume air sangat banyak dan tidak mampu ditampung oleh sungai utama

2. Topografi dan litologi daerah Kota dan Kabupaten Bima.

Daerah kota bima adalah daerah pedataran rendah yang merupakan muara dari beberapa sungai yang berhulu di daerah Wawo, Dodu, Lela Mase, Nungga, dan Jatiwangi. Sehingga apabila debit air dari kelima sungai tersebut cukup besar maka besar kemungkinan Kota bima akan tergenang banjir.

Faktor pendukung lain adalah topografi perbukitan pada daerah hulu sungai dengan kemiringan lereng yang tinggi serta litologi penyusun yang berupa batuan vulkanik yang rentan terhadap pelapukan sehingga menyebabbkan tingkat erosi yang tinggi pada saat hujan, hal ini menyebabkan air aliran permukaan akan membawa material2 hasil erosi dan kebanyakan akan diendapkan pada bagian tengah sungai membetuk bendungan bendungan alami. Selain itu material hasil erosi yang terlarut dalan aliran permukaan dapat menyebabkan meningkatnya volume air yang akan masuk ke sungai utama.
Topografi yang terjal juga menyebabkan laju aliran air permukaan cukup deras dan proses resapan air kedalam tanah menjadi berkurang. Kurangnya air yang mersap meyebabkan volume aliran air permukaan menjadi jauh lebih besar.
                
            
3. Tutupan hutan yang terdapat tak seimbang dengan DAS serta kegiatan penambangan Illegal pada daerah Hulu

Hutan pada daerah hulu memiliki peran penting dalam menbantu air merasap kadalam tanah, mengurangi erosi permukaan, serta menahan laju aliran air permukaan seperti yang disebutkan diatas.
Kurangnya tutupan hutan dapat menyebabkan air hujan dapat langsung mengerosi permukaan tanah dan batuan yang lapuk, material material berukuran pasir hingga kerikir dan bouder terus terbawa arus air hingga ke sungai sungai utama dan menyebabbkan volume air bertambah. Selain itu hutan berfungsi untuk mengurangi penguapan air yang meresap kedalam tanah sehingga ketersediaan air tanah tercukupi.

Kegiatan penambangan Ilegal yang dilakukan pada daerah Hulu tentu dijalankan tanpa mengikuti kaedah penambangan yang semestinya, sehingga tingkat kerusakan yang ditimbuklan akan jauh lebih besar. Hubungan kegiatan penambangan tersebut dengan bencana banjir yang terjadi beberapa waktu lalu adalah: kegiatan penambangan tersebut merupakan penyumbang terbesar material tanah, pasir, kerikil dan boulder yang menyebabkan pendangkalan sungai. Material material tersebut akan terbawa arus air secara terus menerus, apabila arus air tidak cukup dera maka akan terendapkan membetuk bendungan2 alami penahan air pada bagian tengah sungai.

4. Daerah Aliran Sungai (DAS) Utama dalam kondisi kritis telah mengalami pendangkalan dan sedimentasi. Serta kondisi bantaran sungai yang tidak stabil.

Pendangkalan dan sedimentasi kebanyakan terjadi pada daerah Hilir dan Tengah sungai. Dalam Hal ini di daerah bima pendangkalan dan sedimentasi terjadi di sepanjang aliran sungai di kota bima sampai daerah Lampe.
Seperti yang disebutkan diatas, sedimantasi yang terjadi secara terus menerus menyebabkan terbentukanya bendungan2 atau genangan genangan air alami disepanjang sungai. Genangan genangan dan material sediment tersebut akan menjadi masalah besar apabila curah hujan cukup tinggi sehingga volume aliran air mampu untuk menyapu semua material yang teredndapkan tadi.

Kondisi bantaran sungai yang tidak stabil erat kaitannya dengan pemanfaatan daerah bantaran sungai (sempadan/tanggul sungai) yang berlebihan. Secara ideal sungai seharusnya memiliki yang disebut dengan sempadan (tanggul) sungai sehingga alirai air tidak serta merta menggenangi daerah perkampungan apabila volume air besar. Erosi bantran sungai diperparah oleh kegiatan pemanfaatan pasri dan kerikil (Sirtu) disepanjang sungai Lampe dan Dodu.

5. Selanjutnya faktor tata ruang Kota dan Sampah disepanjang Sungai

Apakah pemanfaatan tata ruang itu sudah sesuai dengan peruntukan?
Sudah menjadi resiko bahwa perkembangan dan kemajuan kota akan memakan korban kerusakan lingkungan, pembangunan-pembangunan yang dilakukan tidak akan memperhatikan fungsi dan tata guna lahan tersebut.
Daerah Hilir (Kota Bima) memiliki topografi yang relative datar sehingga seharusnya resapan air dapat bekerja dengan maksimal sehingga dampak banjir dapat berkurang. Akan tetapi pembangunan di sekitar daerah aliran sungai menyebabkan daerah resapan tersebut berkurang sehingga air dapat meluap kepemukiman penduduk.

Secara Alami, bagian sungai di daerah hilir telah di design untuk memiliki area2 resapan yang dapat mengurangi dampak banjir. Selain sempadan sungai, di daerah hilir terdapat bagian sungai yang berupa meander dan delta sebagai daerah resapan. Sehingga pembangunan banguna fisik bada daerah2 tersebut dapat menyebabkan resapan air berkurang. Ketika volume air melibihi kapasitas sungai maka air akan memotong lurus daerah meander dan tidak mengikuti aliran sungai hal ini menyebabkan genangan pada pemukiman di daerah meander sungai.

Selain itu lahan lahan mangrove dan rawa di daerah pesisir kota bima sangat evektif untuk mengurangi dampak banjir, sehingga pemanfaatan lahan2 tersebut untuk bangunan fisik dan penimbunan menyebabkan kurangnya daerah resapan, dapat meningkatkan resiko banjir. Selain dapat mengurangi dampak banjir, ketersediaan lahan mangrove dan rawa di pesisir dapat mengurangi intrusi air laut sehingga menjaga kwalitas air tanah di daerah perkotaan.

Masalah lain adalah permasalahn sampah dan penyempitan aliran sungai menjadi salah satu faktor pendukung banjir di Kota Bima.





          
Dilihat dari faktor penyabab diatas dan di komparasikan dengan pembagian segmen-segmen sungai maka penulis dapat menyarankan beberapa langkah yang dapat diambil oleh pemerintah Kota dan Kabupaten Bima untuk “mengurangi dampak bahaya banjir lima tahun kedepan”.

1. Daerah Hulu

Daerah Hulu DAS meliputi Kec Wawo, Lela Mase, Dodu, Nungga dan Jatiwangi
Penanggulangan banjir di daerah hulu maka kita akan dengan mudah mengatakan Reboisasi dan hentikan penggundulan hutan. Melihat daerah hulu sekarang maka kita akan melihat ladang jagung yang menghapar luas sebagai mata pencaharian warga. Akan tetapi persoalan reboisasi daerah hulu bukanlah segampang membalikkan tepak tangan atau segampang kita melarang peladangan yang dilakukan oleh warga. Disini tantangan untuk pemerintah bagaimana melihat, mangembangkan dan memanfaatkan potensi daerah hulu sehingga masyarakat tidak lagi melakukan penggundulan hutan.

Peladangan jagung dan padi adalah cara paling gampang warga pikirkan untuk mendapatkan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan mereka, Mengingat sawah di daerah hulu sangat tidak memungkinkan untuk di kelola tiga kali setahun akibat kurangnya pengairan maka jalan pintas dari warga dalah merambah hutan untuk peladangan.

Lalu bagaimana langkah yang dapat pemerintah lakukan untuk mengkampanyekan Reboisasi?

Yang pertama, adalah bagaimana pemerintah dapat mengkampayekan reboisasi dengan tumbuhan produktif dan menghasikan income yang baik. Bagaiman sedikit demi sedikit pemerintah harus mulai menggalakan penanaman tumbuhan produksi jangka panjang sesuai potensi daerah. Daerah Hulu terutama Wawo, Lela Mase, Dan Pebukitan Sekitar Ncai Kapenta adalah daerah yang tumbuhan kemiri dapat tumbuh dengan baik, beberapa tumbuhan produksi jangka panjang juga patut dicoba. 

Sayang sekali potensi yang begitu besar tidak dilihat dengan baik oleh pemerintah. Artinya pemerintah seharusnya bisa mendukung produksi tanaman tersebut dan menjamin pemasaran dari hasil tanaman tersebut sehingga masyarakat punya animo untuk mengembangkan tanaman-tanaman produksi jangka panjang.

Bagaimana pemerintah dalam hal ini dinas2 terkait harus intens melakukan penyuluhan pertanian, suplai bibit2 tanaman produksi jangka panjang yang bernilai ekonomis tinggi, dan mengawal pemasaran hasilnya sehingga kesejahteraan warga dapat tercapai.
.
Yang Kedua, Pemerintah harus mengeluarkan perda yang mengatur tentang batasan penggunaan lahan untuk tanaman produksi jangka pendek sehingga perambahan hutan bisa ditekan lebih minimal.

Yang ketiga, Pemerintah harus tegas menutup aktifitas penambangan liar di daerah Sori Pesa dan sekitarnya.

Yang Keempat, Pemerintah harus membangun bendungan bendungan pada daerah Hulu. Bendungan tersebut dapat berfungsi sebagai sarana irigasi, maka sawah2 di daerah hulu yang selama ini mengandalkan tadah hujan dapat diefektifkan dengan cara intensifikasi. Selain Itu bendungan di derah hulu dapat berfungsi sebagai daerah resapan air pada musim hujaan, dan daerah terendapkannya material sedimen hasil erosi sehingga material sedimen tersebut tidak tertransportasi sampai ke daerah hilir dan menyebabkan pendangkalan serta penyempitan sungai.

Bayangkan ketika 3 sampai 5 tahun kedepan hutan yang semula gundul dan diisi oleh tanaman jangka pendek yang tidak mampu untuk menjalankan fungsi hutan dengan baik sudah terganti oleh tanaman produksi jangka panjang yang selain bernilai ekonomis tinggi juga dapat menjalankan fungsi hutan dengan baik. Semoga dengan cara seperti ini hutan kita kembali hijau dengan tanaman produksi yang bernilai ekonomis dan ketersediaan cadangan air di daerah Bima kita tercinta dapat trcukupi dengan baik.
2. Daerah Tengah
Daerah Tengah DAS meliputi daerah Lampe, Dodu, Kodo dlll
Penangulangan banjir pada daerah tengah DAS adalah dengan cara normalisasi fungsi dan bagian bagian sungai. Pemanfaatan lahan sempadan sungai harus mulai dikurangi. Pengerukan pasir sungai yang berlebihan harus mulai dikurangi, Pengerukan pasir dan batu sungai yang berlebihan dapat mengakibatkan kestabilan dinding sungai terganggu sehingga longsor dinding sungai dapat terjadi dan mengakibatkan pendangkalan aliran sungai. Mungkin Ijin dan Amdal PT Tukad Mas perlu ditinjau kembali. Pada daerah daerah ini juga perlu dibangun bendungan-bendungan untuk mengatur volume air yang masuk ke daerah hilir dan mengontrol sedimentasi pendangkalan sungai.
3. Daerah Hilir
Daerah Hilir adalah daerah dengan topografi yang datar, memiliki cekungan cekunga berupa rawa yang menjadi daerah resapan air sehinga pantas kita sangat berharap bahwa infiltrasi air dapat merlangsung dengan maksimal pada daerah Hilir. Sayangnya daerah Hilir adalah daerah yang identic dengan perkembangan peradaban yang cepat, baik secara fisik maupun nonfisik sehingga pembangunan2 yang tidak melihat fungsi dan analisa DAS sangat massif.

Sedimentasi di bagian hilir
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah  normalisasi aliran sungai dari smapah, memperlebar aliran sungai, menyisakan lahan2 terbuka sebagai daerah resapan di sekitar bantaran sungai, mengembalikan fungsi sempadan sungai, mengembalikan fungsi daerah meander sungai sebagai daerah resapan, mengembalikan fungsi daerah delta sungai sebagai daerah resapan, mengembalikan fungsi daerah pesisir (mangrove dan rawa sebagai daerah resapan dan benteng intrusi air laut. Dan tindakan kecil yang bisa dilakukan untuk masingmasing individu adlaha menyiapkan lahan terbuka pada rumah masing2 sebagai daerah resapan air. Hal hal ini selain dapat mengurangi resiko banjir juga menjamin ketersediaan cadangan air tanah serta mengurangi intrusi air laut sehingga kuwalitas air tanah menjadi sangat baik.

Ahirnya semoga Kota Bima kita terbebas dari banjir dan ketersediaan cadangan Air tanah di kota Bima dapat terus terjaga.

Kamis, 24 November 2016

Nisa Pudu Dompu, Savana Mungil di tengah Teluk Saleh


Aktivitas traveller makin hari nampaknya sudah menjelma menjadi kebutuhan pokok masyarakat modern saat ini, yah itu tak terlepas dari gaya hidup serta trend kekinian, khususnya bagi para penggila medsos. Kali ini saya akan berbagi buat lenga sekitaran Bima dan Dompu, salah satu tempat yang cukup asyik buat menghabiskan waktu di akhir pekan. Tempat ini mulai populer dalam enam bulan terakhir, dan katanya populernya pun berkat postingan warga medsos. Letak tempat ini di Desa Soro Kecamatan Kempo Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat. 



Nisa Pudu, ya masyarakat sekitar menyebutnya seperti itu, bila diartikan dalam bahasa Indonesia Nisa Pudu berarti Pulau Kecil atau Secuil Pulau. Dari namanya tentu lenga dan sobat bisa membayangkan seperti apa sih daya tarik pulau ini. Nisa Pudu terdiri dari dua pulau, satunya memiliki ukuran cukup luas dengan sebuah bukit indah menjulang setinggi 50 meter, serta satu pulau lagi berdiameter 7 meter terdiri dari bongkahan batu karang, yang letaknya terpisah sekitar 10 meter dari pulau induk, pulau kecil ini lah yang dimaksud oleh warga sekitar sebagai pulau pu'du.




Untuk sampe ke Nisa Pudu, lenga harus menyeberang laut menggunakan boat lebih kurang sekitar 30 menit, untuk transportasi warga di sekitaran desa Soro kecamatan Kempo Dompu siap 24 jam mengantarkan pengunjung dengan tarif 25 ribu perorang, atau bisa mencarter boat nelayan dengan harga sekitar 250.000 - 350.000 rupiah untuk perjalanan pulang pergi. Kecamatan Kempo bisa ditempuh sekitar 1 jam dari pusat kota Dompu, atau sekitar 2.5 jam dari kota Bima.

Di dekat pasar Kempo, sebaiknya lengan sedikit memperlamban kecepatan kendaraan, karna gang menuju dermaga penyebarangan ke Nisa Pudu tepat berada di ujung tikungan serta samping pasar. Namun pada umumnya disekitar pasar ini lenga bisa bertanya untuk layanan penyeberangan menuju Nisa Pudu, insyaallah masyarakat setempat dengan suka rela akan menunjukkan beberapa boat nelayan yang memberikan jasa penyeberangan. 

Saya bersama 6 kawan tiba di dermaga Soro sekitar pukul 11 siang. Karena perjalanan dari Bima ke Kempo cukup lama membuat perut kami sedikit lapar, kami pun memutuskan untuk makan terlebih dahulu di warung sekitar pasar Soro. Setelah keyang kami pun berangkat menggunakan boat yang sudah disiapkan sebelumnya oleh seorang kawan. 

Jadi bagi lenga yang malas membawa makanan, sebaiknya mengenyangkan diri dulu, maklum di Nisa Pudu belum ada penjual, jadi snack serta air minum jangan sampai lupa. Saat itu, perjalan kami tempuh sekitar 30 menit, maklum air laut lagi tenang jadi boat yang kami tumpangi melaju dengan cepat dan tanpa gelombang. 

Beberapa saat sebelum tiba di pulau, dari jauh terlihat sebuah pulau kecil hijau, di bagian bibir pantai di penuhi oleh sejumlah pengunjung yang tengah berenang.




Komentar saya pertama kali menginjakan Nisa Pudu, wooww kereennn. Berpasir putih serta warna laut biru toska ini adalah menu wajib bila berkunjung ke pantai. Tapi, memang saat kami berada disana, cuaca cukup cerah, sehingga membuat saya kurang tahan untuk terus terusan berada dipingir pantai. Saya pun mencari tempat berteduh di pepohonan yang tumbuh di Nisa Pudu.

Dan beruntungnya pada bulan November ini, daratan Nisa Pudu menghijau dengan savana mungil ilalangnya. Perpaduan hijaunya ilalang,  biru laut dan putih pasir jadi paket komplit buat vitamin sea-nya lenga. Jadi bagi penggemar pulau kecil bersavana, jangan lupa untuk datang ke Nisa Pudu. 




Di Nisa Pudu, pengunjung bisa memilih beraneka ragam aktivitas untuk menghabiskan waktu bersama teman dan saudara. Bagi yang suka berenang, bisa dibilang disini tempatnya, letaknya yang berada ditengah perairan teluk Saleh, tentu membuat arus di sekitar Nisa Pudu cukup tenang dan aman untuk berendam, air yang jernih dan bersih menjadi kelebihan tersendiri bagi perairan di sekitar pantai ini, tak hanya itu bagi lenga yang hobi snorrkling, terumbu karang disini juga cukup asri.

Untuk lokasi renang saya sarankan di sebelah timur pulau ini, karena pantainya yang berpasir lembut dan cukup bersih. Semenatra disebelah barat sedikit berbatu, dan terdapat ubur ubur putih, yang kata warga setempat bila disentuh akan membuat gatal kulit. Meski suasana lautnya cukup tenang, para orang tua yang membawa anak, sebaiknya selalu waspada mengawal buah hati bermain agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan. 



Untuk menarik minat wisatawan ke Nisa Pudu, para pemuda Kempo Soro menyediakan beberapa arena untuk spot berkumpul serta berfoto, seperti ayunan yang sengaja di gantung dipepohonan serta di puncak bukit dan bibir pantai. Pemandangan dari atas bukit ini sangatlah indah karena menghadap ke arah bukit Pudu, banyak dari pengunjung mengabadikan moment mereka di lokasi ini. Menurut saya dari  lokasi ini merupakan spot yang paling ter untuk melihat sunset alias matahari terbenam di ufuk Barat. 




Cukup dengan satu jam, kita bisa mengelilingi area ini, memang area ini tak begitu luas, puas mandi dan berfoto waktunya makan makan deh, nelayan disini juga menyediakan ikan segar, pengunjung tinggal meminta tolong ke pemilik perahu atau nelayan yang ada di desa Soro, untuk bisa dicarikan atau dibawakan ikan ke lokasi. Atau sebelum berangkat pengunjung bisa singgah di pasar trandisional Kempo untuk membeli ikan, untuk Bima Dompu, harga ikan satu kilogram sekitar 35-40 ribu.

Bagi yang suka memancing, jangan lupa bawa pancingannya, disini tidak perlu menunggu lama mendapatkan hasil pancingan, seperti mas yang sempat saya temui di pinggir pantai kemarin, hanya lima menit ikan pun sudah bertengger di mata kailnya.

Usai makan ikan ataupun snack, sampahnya jangan dibuang sembarangan, beberapa bak sampah sudah disiapkan oleh warga setempat untuk menjaga kebersihan pulau. 

Dan sebagai rasa peduli terhadapat keasrian Nisa Pudu, seminggu sekali para pemuda Soro bersama permerhati lingkungan, dengan swadaya serta inisiatif sendiri, membersihkan sampah sampah yang berserakan di pulau mungil ini, menurut saya semangat warga ini pantut dicontoh khususnya bagi warga yang berada di sekitar areal wisata. 



Bagi yang senang berkemah, pulau ini juga bisa dijadikan destinasi bermalam, lenga tinggal atur jadwal dengan rekan lainnya untuk menikmati bintang malam bersama.

Meski Nisa Pudu mulai tiap akhir pekan dikunjungi oleh ratusan pelancong, namun pengelolaan wisata satu ini masih dilakukan secara swadaya dari masyarakat sekitar. Bahkan untuk masuk ke pulau ini tidak dipunggut biaya alias gratis. Sebagai gantinya masyarakat lokal berharap para pengunjung bisa menjaga keasrian dan kebersihan pulau, untuk kenyamanan pengunjung lainnya. 




Sekitar pukul 5 sore kami pun menyudahi holiday pantai kami, gelombang laut cukup tinggi lantaran tengah surut, sehingga perjalan kami tempuh lebih dari satu jam, dan karena air surut, boat kami tidak bisa menepi ke pantai sehingga terpaksa kami harus berjalan di tengah lautan lumpur menuju pantai. 

Saat weekend Nisa Pudu saya rekomendasikan deh buat menghabiskan waktu bersama kawan serta keluarga tercinta.

 Happy holiday 
And keep clean our nature

Senin, 08 Agustus 2016

Ke Pantai Pink dan Teluk Ranu Bima Yuk

 
Pantai Pink Bima

Hei sudah tau ga lenga, kalo Pantai Pink ada juga loh di Bima, penasaran penasaran penasaran kan?
Pantai Pink mungkin lebih kerap kita dengar berada di Propinsi NTT atau di kabupaten Lombok Timur NTB. Tapi jangan salah, di Bima juga terdapat sebuah pantai yang memiliki pasir berwarna merah muda, masyarakat serta nelayan setempat menyebutnya sebagai Pantai Pink.
Jadi khusus bagi warga Bima ga perlu jauh jauh berkendaraan serta mengeluarkan uang lebih keluar kota untuk bisa melihat keindahan pasir berwarna pink ini, cukup di sini, cukup di kecamatan Lambu.

Beberapa kali ada open trip  menuju tempat ini saya  lewatkan, maklum waktunya selalu tidak bertepatan dengan isi kantong dan waktu-ku,  alhasil bagaimana sih yang namanya pantai pink ini selalu terbayang bayang di kepala. Sampai akhirnya tepat beberapa hari sebelum puasa Juni lalu, ada teman yang ngajak untuk berkeliling mengeksplore selat Sape.
Jadi tujuan jalan jalan yang dipilih kali ini yakni ke teluk Ranu, Pulau Kelapa dan Pantai Pink. ketiga tujuan tersebut akan kami tuntaskan selama sehari full.


Meski ombak tinggi tetep action okee :p
Sekitar pkl 12.00 wita kami kumpul di pelabuhan Sape, dan langsung menaikkan beberapa barang menuju boat yang kami sewa. Total sewa boat 1.8 juta rupiah, dengan rincian sewa boat satu hari 1.5 juta dan 300 ribu sebagai upah si nelayan nungguin seharian.

Boat kami melaju menuju tujuan pertama yang paling jauh yakni di teluk Ranu, dari pelabuhan Sape, perjalanan menuju teluk Ranu ini kami tempuh selama 3 jam, ombak   yang cukup tinggi serta arus yang kuat, membuat debar debar dihati tiada henti. tengok ku tengok, ternyata teluk Ranu posisinya di bagian timur dari pegunungan Nangakala. Dan untungnya meski berada di pelosok, disini full signal loh lenga, ada BTS menjulang di atas pegunungan.


View teluk Ranu
Jadi berbeda dengan perjalanan menuju teluk ini yang ombaknya super ngamuk, di teluk Ranu airnya sangat tenang, namanya juga teluk ye hehe.
Sesampai di teluk ini kita akan disambut dengan suasana pegunungan yang hijau, serta air laut yang jernih nan tenang. 
Sedikit bercerita sesampai kami diteluk ini, dua buah kapal nelayan langsung bubar kabur karna dikira kapal yang kami tumpangi kapal patroli polisi haha, tau taunya dua buah kapal tersebut biang rusuh di laut alias kapal nelayan yang suka ngebom ikan disekitaran selat Sape.


Kembali ke suasana teluk Ranu, sebagian pantainya berpasir putih dan berkerikil. Di teluk Ranu, saya bersama teman teman khusus datang untuk melakukan sknorkling, jadi teman teman yang sudah menyiapkan alat langsung nyebur deh. Disini karang serta ikannya masih asri alami, karang karang muda ini bisa lenga mulai dapati di kedalaman  sekitar 3-5 meter.


Snorkling di teluk Ranu
Puas menyelam di teluk Ranu, saya dan rekan rekan lainnya bertolak menuju pulau Kelapa, sejam kemudian kami pun sampai. 


View pulau kelapa
Lantaran hari sudah mulai gelap, kami pun memutuskan untuk membangun tenda di pinggir pantai saja dan esok paginya baru melanjutkan perjalann menuju puncak bukit pulau kelapa. Kebetulan di sekitaran tempat kapal kami bersandar, ada gubuk warga yang tengah berkebun, kami pun permisi numpang untuk menggunakan lahan semalam, dan warga yang ternyata berasal dari kecamatan Lambu ini pun dengan senang hati mempersilakan kami menginap.


Bintang pun mulai menghias malam, untuk menghangatkan suasana yaah saatnya menyalakan api unggun. Tapi tunggu dulu ada api unggun, pinggir pantai pula, sepertinya kurang lengkap rasanya tanpa ikan terpanggang diatas bara api. Yup salah satu teman pun berinisiatif membeli ikan di nelayan yang tengah mencari ikan disekitaran pulau kelapa, beruntung bapak pemilik kebun menawarkan diri untuk mengantar dengan sampannya. Dan ternyata waaaoowww apa lagi sih, tentunya ini pengalaman yang tak terlupakan bagi teman teman saya yang dari Jakarta itu, bermodalkan uang seratus ribu, ikan ikan yang kami dapat cukup banyak dan segar segar. oke lengaa saatnya pesta ikan bakar yuk...
Usai santap malam dengan ikan bakar serta sambal goreng  pedas ala Lombok, kami pun istrihat.

Sekitar pukul 5 pagi, usai sholat subuh, kami mulai bersiap melakukan pendakian menuju puncak bukit pulau kelapa ini, ngarepnya sih bisa sunrise di atas, tapi yaahh liat dulu kemampuan dan kekuatan nanjak tubuh ini yahhh lenga hihiii.


View Pulau Kelapa
Perjalanan sekitar 1,5 jam dengan menanjak dan menuruni bukit, cukup capeklah bagi saya yang bukan anak petualang gunung. Meski ga sempat menikmati sunrise dari op bukit pulau kelapa, tak apa lah tetap bisa menikmati keindahan bentangan pantai berpasir putih, dan gugusan bebatuan menjulang  di sisi pantainya. Mantaff pokoke.


View Puncak Pulau Kelapa
Usai menikmati keindahan pulau kelapa, kami pun menuju tujuan terakhir kami yakni pantai Pink, mendengar namanya tentu bisa ketebak kan kenapa pantai ini dinamai pantai Pink, yuppp bagi lenga yang sempat menebak kalo pantai ini berpasir merah muda, tepat sekali deh.



Pantai Pink
Dari Pulau kelapa atau pelabuhan sape, lokasi pantai yang msaih berada di kecamatan Lambu ini bisa di tempuh dengan perjalanan sekitar 1.5 hingga 2 jam.  Berada di pantai ini berasa seperti pantai milik sendiri, maklum pantai ini sungguh sangat sepi, lantaran letaknya yang cukup jauh serta terpisah dari hirukpikuk keramaian penduduk.


Pantai Pink
Pantai berpasir  merah muda ini memiliki garis pantai yang cukup panjang dengan warna laut biru tosca, kalo teman teman gw bilang berasa berenang di kolam bintang lima saking bersih airnya.
 

Berenang di pantai Pink

Saat kami sampai, matahari lagi terik teriknya, jadi warna merah muda  dari pasir sedikit silau alias keputih-putihan. Kalo lenga bisa datang lebih pagi, warna merah muda dari kikisan karangan yang mengendap dipasir akan menjadi latar aduhaiii berfoto.



Pantai Pink
Dari atas bukit disekitaran pantai pink, kita bisa menikmati gugusan pulau karang yang tertata apik di lepas teluk Sape. Oh iya areal pantai pink ini masih merupakan wilayah konservasi BKSDA yang tentunya dilindungi oleh negara.




Belakangan ini, para pecinta motor trail kerap datang ke pantai yang juga di sebut "toro mbala" melalui jalur darat yakni dari desa Nggelu Kec Lambu, namun tentunya dengan jarak tempuh yang lebih lama, maklum akses jalan menuju daerah ini masih berupa jalan setapak dan semak diatas perbukitan.

Diatas perbukitan di pantai Pink ini juga cukup oke kok untuk dijadikan spot berfoto.






credit by om ray :) 
Puas berenang kami pun kembali, di jalan pulang kita juga akan melewati dua pantai yang berada di sekitar desa Labuanbajo Sape seperti pantai Pasirputih dan pantai Santigi. Sejam kemudian, kami pun tiba di pelabuhan Sape.


Pantai pasir putih Sape
Jadi bagi lenga yang datang ke sini keep clean yaa alam kita.