Untuk mengenang letusan Tambora, pemerintah setempat tiap tahun membuat event Festival Pesona Tambora yang biasa di gelar tiap bulan April.
Kita tinggalin dulu sejarah Tambora, kali ini saya akan membagi pengalaman saat mendaki saja yaa.
Awalnya aku bareng salah satu temen berencana mau ikut anak anak trail yang akan ke Tambora buat tujuh belasan, maklum semenjak ditetapkan menjadi geopark nasional, para pecinta motor trabas berbondong bondong datang kesini, karna daerah kaki Tambora seperti di Doro Ncanga katanya seperti arena surganya motor trabas.
Kambali ke kisahku, hingga siang nunggu kabar, tapi kabar makin kabur. Timbang lelah di PHP, mending tidur sajalah.
Tiba tiba sekitar pukul 5 sore, hape aku bunyi, temen aku Iqra nelp cuss ngajak ke Tambora, baru bangun masih linglung dengan suara oleng aku langsung nolak, ya mau gemana, sudah sore, baru bangun tidur gitu, langsung aja ngajak naik gunung, mana ga ada persiapan. Tapi si kaka ganteng satu itu ngotot ngajak karna katanya tenda dan ransum udah ada semua, tinggal bawa diri saja. Baiklah kalo begitu, aku pun ayoooklaaah.
Usai sholat asar, aku keluar buat beli ransum ala ala kadarnya, dan usai magrib kami pun janjian ketemu buat jalan bareng, dengan menggunakan sepeda motor kami pun berangkat ke Tambora sekitar pukul 7 malam. Sampe Dompu jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, suasana cukup sepi ngeri, cuman karna ada yang ngotot pengen lihat Tambora yaa sudahlah dibismilahin saja.
Di simpang empat Bangko Madapangga, kami nungguin temen yang katanya udah jalan dari tadi sore, tapi ternayata musti ditunggu juga, ampuuun generasi Indonesia, ada sekitar 30 menit nunggu Dodi ma si bli Dewa pun datang. Lega dua bocah itu datang, kami pun masih terbeban jiwa lantaran ada dua orang lagi anggota yang nungguin di Doro Peti, parahnya mereka udah nunggu dari siang tadi hahhaha.
Sekitar pukul 11 malam kamipun sampai di Doro Peti dan ketemu sama Ilham dan bang Yanto.
Tiba didesa Pancasila yang menjadi desa masuk gunung Tambora, hari sudah larut pukul 1 dini hari hahaha, penginapan udah full maklum moment 17an gaess, alhasil kami tidur di gazebo dan bangun tenda dilapangan Pancasila.
Setelah sholat subuh, dan sarapan, kami pun siap siap untuk memulai perjalanan kami. Sebelum melanjutkan perjalanan, terlebih dahulu kami mendaftar diloket penjaga, tiketnya 5 ribu perhari, karna kami akan melakukan perjalan selama 2 hari, jadi bayarnya 10 ribu rupiah.
Pukul 8 pagi kami pun mulai menyusuri jalan setapak menuju puncak Tambora, yeaahhhhh... 5 menit setelah jalan lahh kok nemu gapura "Selamat Datang di Kabupaten Bima", sempat bingung, dan ternyata desa Pancasila merupakan desa perbatasan kabupaten Dompu dengan kabupaten Bima. Di desa Oi Bura ini kanan kiri kita bisa lihat kebun kopi warga gaess, ahh aroma kopinya segaarrr banget, aku suka aku suka, daerah ini memang terkenal penghasil kopi tamboranya looh.
Menyusuri jalan setapak ngikutin jejak yang terpasang, sekitar 30 menit jalan, suasan berubah dengan pemandangan perkebunan buah buhaan warga, kebetulan saat itu ada yang sedang metik jeruk, temen teman pun exciated pengen beli, dan akhirnya dikasih 10 ribu untuk satu ember, murah yaah.
Sempat ditanyain ma bocah pedagang jeruk mau kemana, kami jawab mau naik gunung, si bocah langsung bilang bukan ini jalannya kak, tapi ada pas pertigaan bolek kanan, whaaaaaaaaaaaaaaaattt pada teriak semua, karna perjalan sudah cukup jauh, tenaga udah banyak yang keluar, terpaksa kamipun PUTAR BALIK UNTUK LIHAT ARAH YANG BUAT KAMI KESASAR.
Tepat dipersimpangan bingung, kembali kami dihadapkan untuk memilih tiga jalur batman, kami pun mencoba opsi yang lurus, dan ujung ujungnya kesasar lagi dan balik ke tempat semula, sampe akhirnya kami mutisin nunggu kelompok lainnya yang datang, hahaaa. 2 kali nyasar gara gara rambu yang how-how, entahlah emang kami yang kebanyakan vicin atau pengelolanya yang malas kerja perbaiki rambu ini??? yang jelas saat itu kami emosi tingkat dewa hahaa.
Ga lama datanglah anak anak SMA yang lagi holiday mau naik gunung juga, kayanya anak lokal setempat karna mereka cukup hafal daerah sini.
Untuk sementara kami pun gabung sama par ABG tersebut, 1 jam setelahnya kami tiba di pos 1. Jam menunjukkan pukul 10an, jadi kami putuskan untuk singgah sarapan dan makan siang dulu, kebetulan di pos satu ini ada mata air, yang juga digunakan sebagai sumber mata air warga dibawah lereng.
Sekitar pukul 12, kami melanjutkan perjalan menuju pos 2, yang kami tempuh sekitar 2 jam perjalanan, maklum jalanannya mulai menanjak, di pos 2 juga terdapat aliran sungai
yang bisa digunakan untuk mengisi persedian air. Sambil rehat kami masak air buat ngopi ngopi lah dulu mumpung banyak air ngalir.
Antara pos dua ke tiga jalanannya mulai naaaaanjak banget dan parahnya banyak batang pohon tumbang, besar-besar pula, jadi bagi aku yang kakinya pendek mungil cukup kewalahan dan capek banget lewati.
Saat naik ke Tambora ini, untuk kali pertama aku lihat yang namanya pohon rotan haha, ternyata berduri dan merambat.
Pukul 6 lewat akhirnya sampai juga di pos 3, disini banyak ketemu ma pendaki lainnya yang sudah diriin tenda. Sambil nunggu temen yang jalan dibelakang, sholat magrib dan isa sekalian biar perjalanan di ridhoiNya.
Setelah anggota semua terkumpul, kami memutuskan melanjutkan perjalanan ke pos 4 yang jaraknya sekitar satu jam setengah dari pos 3, maklum jalan malam jadi kami lumaya ektra hati hati dan pelan.
Berbeda dengan pos pos sebelumnya, di pos 4 ini hutannya mulai ditumbuhi pohon pinus. Karna rencana bangun tenda di pos 5 kami pun lanjut nanjak naik ke pos 5. 1 jam kemudian kami pun tiba dan langsung dirikan tenda buat istirahat, karena sendiri cewek aku pun tinggal duduk rapi untuk nunggu tenda ku hahaa, dan lima pria lainnya harus saling numpuk di dua tenda lainnya. Saat tiba di pos 5 sekitar pukul 11 malam, sudah sangat didingiiiin gaess.
Rencana awal mau summit pukul 3 dini hari biar dapat sunrise diatas sana, tapi karna kecapean dan dingin membeku kami pun lanjutkan tidur.
Sekitar pukul 5 kami bangun, sholat subuh, lanjut persiapkan perapian masak air. Ngopi dulu toh gaess pagi pagi, sunrise? urusan belakang lah haha.
Oh iya kalo di pos 5 ini dari lokasi camp kami sumber airnya juga ga terlalu jauh, ada kubangan besar, yang biasanya nampung air hujan gitu. Makanya bagi pendaki yang datang kesinidilarang alias haroom, mandi di kubangan ini karena takutnya dikira kerbau ehh maksudnya airnya nanti bau sabun kan ga ngalir, kasian pendaki lainnya nanti susah dapat sumber air bersih.
Kami mulai summit pukul 5.30 wita, tanda-tanda matahari terbit pun sudah muncul di ufuk timur sana hahaa. Dari tempat kami dirikan tenda juga terlihat sudah banyak pendaki pendaki lainnya di bibir kawah, untuk melakukan upacara 17an.
Dijalan naik muncak banyak tumbuh bunga edelwais. Kami tiba di puncak sekitar pukul 9 pagi, alhamdulillah cuaca sangat cerah dan yang terpenting ga ada hawa hawa belerang.
Dijalan naik muncak banyak tumbuh bunga edelwais. Kami tiba di puncak sekitar pukul 9 pagi, alhamdulillah cuaca sangat cerah dan yang terpenting ga ada hawa hawa belerang.
Selain cerah dan aman, tentunya pendaki yang di puncak sudah mulai berkurang, gemana engga kami naik orang turun hahaha, Jadi temen teman bisa leluasa foto foto dari segala penjuru tanpa terhalang siapapun. Waktu itu kawah Tambora serasa milik berenam haha sepi sunyi senyap dari keramaian.
cuman saya ga sampe top summit karna entahlah lagi ga mood, jadi sambil nungguin temen temen turun dari puncak, aku tidur tiduran di tepi kawah, mungkin bagi yang lihat cukup heran, ini kenapa ada yang tiduran di tengah gunung tandus, ahh bodo amat yaa selow aja, lanjutin tidur ala ala sunbath di pantai hehe.
Puas nikmatin puncak Tambora, kami turun melewati jalur barat, jalur disini kebetulan nembak lurus ke pos 5 lumayan cepat turunnya sekitar sejaman.
Karna sudah pukul 12, kami pun mempersiapkan ransume di tepi sumber air kubangan haha biar ga capek bolak balik cari air maksudnya.
Jangan salah, meski yang aku temani pergi cowok semua tapi perlengkapangn makanan kami ga kalah dari dapur emak emak, om Yanto sampe bawa krupuk juga loh buat di goreng hahha pokok udah kaya makan diwarung Jawa dengan beragam menu, maklum di ransel isinya sayur mayur semua sih hihi.
Karna mams Yanto cerewet banget tentang masak ini masak itu, alhasil 5 anggota lain sekedar bantu bantu duduk, saya pun sholat duhur dan asar sekalian.
Oh iya disekitar aliran suangi ini, harus hati hati yah gaess, karna banyak babi yang berkeliaran, kemarin aja aku sempet meetup satu, ihh ngeri deh.
Pukul 4 sore kami prepare pulang, sebelum pulang untuk pertama kalinya kami berfoto formasi lengkap.. cheerr genggs.
Dari pos 5 ke pos 4 kami tempuh dengan 30 menit saja haha kami sempat kaget ternyata deket juga yah, mungkin semalam karna gelap dan capek menanjak dari pos sebelumnya jadi terasa jauh yaa.
Sejam kemudian kami tiba di pos 3, setelah istrahat sebentar kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2, perjalanan turun menuju pos 2 ini kami tempuh dengna waktu 1.5 jam, memang jarak antaran pos 2 ke 3 ini paling jauh aku rasa.
Di pos 2 kami istirahat cukup lama untuk isi tenaga, setelah kenyang, sejam kemudian kami tiba di pos 1 sekitar pukul 1 malam.
Disini kami harus berpisah dengan gaes-gaes yang lain, kaka iqo dan aku nginap di pos 1 karna udah capek dan ngantuk, sementara kaka ilham, dodi, bli gede serta mam yanto minta lanjut karna besok harus tiba di Bima dan Dompu untuk masuk kerja. Kebetulan pas temen temen turun, banyak pendaki lainnya juga yang turun.
Karna tenda tinggal satu, jadi cuma saya yang tidur di tenda, sementara kaka iqo pake sleeping bagnya tidur di gazebo yang emang sudah disediakan di pos 1.
Pukul 6 pagi kami berdua melanjutkan perjalanan turun. Sekitar tiga puluh menit berjalan ehh kok tiba tiba suasana jalan yang kami lewatin beda, waduh kesasar lagi lah kami berdua sepertinya, jalan-jalan yang digunakan para penebang kayu di Tambora ini seperti labirin raksasa, semua jalan bentuknya sama haha, muter sana muter sini keluarnya di itu itu terus, asli kami pasrah dan mulai teriak toloooooooooooooooong hahha.
Sejaman lebih kami muter muter ga jelas dalam prustasi, dan kami setuju untuk balik ke pos satu dengan mengingat-ingat jalan yang sudah dilewatin sebelumnya.
sebelumnya, tentunya kami istigfar dan berdoa, mungkin ada hilaf atao apa... dan alhamdulillah setelah naik, kami pun nemu jalan pulang.
Tempat kami kesasar ini banyak sekakali simpang jalannya, maklum khususnya di pos 1 ini banyak jalurnya jadi kalo ga jeli lihat tanda tanda yang ditinggalkan pendaki lainnya, bisa bisa kesasar ke tempat lain.
setelah itu kami singgah ditempat penitipan motor yang ada di rumah penduduk, kebetulan yang punya rumah orang Lombok jadi sempatin bercengkrama sekaligus sksd minta numpang masak mie instan hahha. Tarif parkir satu motor 20 ribu.
Pas lagi ngobrol, pemilik rumah nyeletuk ngasih tau, kalo teman kami yang lain baru aja pulang, lah kami kaget karna bukannya dari semalam mereka jalan turun, ternyata oh ternyata mereka juga kesasar sampe pagi, hahhaaa...
Mungkin alam Tambora marah dan menghukum kami dengan kesasar berkali kali karna sudah pisah di pos 1, next mungkin kalo mendaki alangkah baiknya untuk tetap bersama untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Karna disini warganya petani kopi, jadi sekalian beli kopi 5 kilo, 5 kilo dikasih 110 ribu, udah gitu banyakkkkk lagi tambahannya.
Yeeahh akhirnya pernah lihat kaldera raksasanya Tambora, see u di tempat seru lainnya ya gaess.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar